13 November, 2009

Dibalik Bencana Longsor Battang Barat

Anak Tertimbun Lumpur Sampai Leher


Bencana longsor yang menghantam kelurahan Battang Barat, kecamatan Wara barat, Kota Palopo membawa luka yang mendalam bagi sejumlah warga. Seperti apa cerita perjuangan hidup dibalik bencana itu?

EKA NUGRAHA

Battang Barat
Fajar Edisi 10 November


Enam jenazah korban longsor dari luapan sungai bambalu yang menghantam kecamatan Battang Barat tersusun rapi di dalam masjid Al Ikhlas, Senin 9 November siang. Keenamnya, dibungkus dengan kain sarung seadanya. Sejumlah warga duduk mengelilingi jenazah tersebut. Beberapa diantaranya, tampak menangis meratapi nasib jenazah yang terbujur kaku itu.

Di sudut ruangan masjid yang berukuran sekira 40 meter persegi, seorang pria berdiri sambil menyandarkan dirinya ke dinding masjid. Matanya tampak berkaca-kaca, sesekali dia mengusap matanya yang mulai memeraj itu. Dialah Nurik Efendi, salah satu korban selamat dari bencana longsor kelurahan Battang Barat.

Nurik adalah kepala lingkungan To'jambu, kelurahan Battang Barat. Empat keluarga dekatnya menjadi korban keganasan longsor yang terjadi dinihari itu. Ke empatnya masing-masing; Alama, Oddang, Jisman dan Nuri. Jisman adalah sepupuh satu kali dari Nurik, sedangkan tiga orang lainnya adalah keluarga terdekat Nurik.

"Keluarga yang terjauh hanya sepupu satu kali saya, Jisman, yang lainnya bisa dikata orang tua saya," kata Nurik dengan nada yang bergetar.

Nurik mengisahkan, saat itu dia berada di rumahnya, yang tidak jauh dari rumah ke empat korban tersebut. Saat terjadi longsor, dia langsung mengeluarkan anaknya, Nela, 8, dan Audi, 4 dari rumahnya. Sementara istrinya, Suriani, 29 langsung menyeamatkan diri ke masjid Al Ikhlas untuk bergabung dengan warga lainnya.

"Setelah itu saya menyusul ke Masjid, ternyata saya lupa kalau anak saya tidak ikut," jelas Nurik.

Nurik pun sadar telah lupa mengambil kedua anaknya tersebut. Dia pun kembali ke lokasi kejadian. Dalam kondisi gelap, hujan dan berlumpur dia mencari anaknya. Selang setengah jam kemudian, dia menemukan kedua anaknya dalam keadaan tertimbun longsor sampai di leher.

"Subhanallah, mereka masih tetap ditempatnya, padahal lumpur sudah sampai dilehernya," terang Nurik dengan mata yang berkaca-kaca.

Sementara pada saat terjadi longsor, Nurik mengatakan ke empat keluarganya yang berbeda rumah itu sedang asyik menonton seri terakhir Moto GP. Sehingga, menurutnya hal itulah yang membuat mereka tidak sadar jika dalam kondisi yang berbahaya.

Cerita lainnya juga dialami oleh Alfiani, 16. Sebuah luka lecet pada pipi sebelah kiri gadis belia ini tampak menghiasi matanya. Sama dengan Nurik, matanya juga tampak merah, seperti baru saja mengeluarkan air mata.

Siswi SMU kristen di Palopo ini mengaku sempat tertimbun longsor selama satu jam.Saat longsor tiba, dia sedang berada di kamar rumahnya. Gadis ini sempat mengigil kedinginan saat tertimbun longsor selama sekira satu jam. Selama itu, banyak batu dan kayu yang jatuh mengenai mukanya. Tidak hanya itu, kakinya juga sempat tertindis batu didalam lumpur.

"Kaki juga sempat tertindis batu, terpaksa kaki luka saat naik dari lumpur," jelas Alfiana seraya memperlihatkan bekas luka di betisnya.

Alfiana kemudian berhasil menyelamatkan diri saat beberapa warga mulai menarik tangannya. Setelah keluar dari lumpur, dia pun menuju masjid bersama dengan warga lainnya. Disana dia pun bertemu dengan adik dan ibunya."Syukurlah, Tuhan masih mengizinkan saya bertemu dengan keluarga saya," kata Alfiana.

Alfiana mengaku saat itu masih sempat mendengar suara gemuruh dari atas gunung. Saat itu dia pun langsung mencoba keluar dari rumah. Namun, terlambat, saat hendak keluar dari rumah, longsor langsung memporakporandakkan rumahnya tersebut.

"Disitu mi saya langsung tertimbun, tidak tahu mau bikin apa karena lumpur sudah sampai dileher," jelas Alfiana.(nugie.fajar@gmail.com)