22 November, 2008

Nadi Hidup di Asrama Haji Sudiang

Sebelum berangkat menuju Bandara King Abdul Azis Jeddah, relaksasi sangat dibutuhkan jemaah. Stres dan segala beban pikiran dapat terobati dengan mengunjungi sebuah kantin, yang letaknya letaknya tepat di lantai dasar gedung informasi.

Laporan : Eka Nugraha
Sudiang

Kantin Informasi. Itulah nama kantin yang di kelola oleh Persatuan Dharma wanita Kantor Wilayah Departemen Agama Sulawesi Selatan. Kantin ini terletak tepat di lantai dasar gedung informasi, beberapa meja dengan taplak berwarna putih tertata rapi di kantin ini. Beberapa pilar penyangga gedung informasi menambah megahnya kantin ini.
Kantin yang dijaga oleh Husna dan Mariana ini setiap harinya buka dari pukul 07.00 sampai pukul 22.00 Wita. Lantunan musik religi dan sebuah televisi layar lebar semakin menambah kenyamanan dalam kantin. Udara segar dapat masuk tanpa hambatan pada setiap sisi kantin tanpa dinding itu.
Saat itu, cuaca mendung. Udara dingin menambah nikmatnya kopi susu yang saya pesan. Di dampingi secangkir kopi susu, Husna bercerita tentang kantin tersebut.
Menurut Husna, kantin itu telah lama berdiri. Namun, baru tahun ini di renovasi. Sebelumnya, kantin ini hanya menggunakan tenda darurat. Namun, pelayanan kepada pengunjung tetap prima.
Kebanyakan pelanggan yang datang adalah petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Sedangkan jemaah datang pada waktu tertentu, biasanya pada waktu usai melaksanakan salat lima waktu.
"Biasanya usai melaksanakan salat, sebelum ke wisma, mereka sering mampir ke sini, untuk minum kopi atau hanya sekadar menonton TV," ujar Husna.
Selama penerimaan Jemaah Calon Haji (JCH) gelombang pertama tahun ini, menurutnya JCH asal Maluku lah yang paling sering datang ke kantin itu. "Mereka (JCH asal Maluku-red) senang dengan ruangan yang terbuka, karena mereka merasa lapang dan bebas disini," kata Husna. (*)

09 November, 2008

Melawan Panas di Dinding Replika Kakbah

Hitam, Putih, dan Kuning, itulah warna garis yang terdapat pada replika Kakbah di Asrama haji Sudiang. Perpaduan tiga garis tersebut kemudian menjadi suatu bentuk karya seni lukis kaligrafi.

Laporan
Eka Nugraha
Makassar

SAAT itu waktu menunjukkan pukul 12.00 Wita, atau memasuki waktu Dzuhur, lantunan lafadz Alquran mulai terdengar sayup-sayup di masjid yang terletak dalam asrama haji. Selain itu, beberapa petugas juga tampak melakukan persiapan dan pembenahan asrama, derungan mesin pembabat rumput pun ikut memecah keheningan siang itu. Kira-kira seperti itulah kondisi Asrama Haji Sudiang mendekati H-1 kedatangan Jemaah calon Haji (JCH).
Hal serupa juga dilakukan oleh Ramli, seorang kaligraf, ahli penulis indah, yang bertugas untuk menuliskan sebait ayat Alquran pada replika Kakbah di Asrama Haji Sudiang. Replika Kakbah yang terletak di tengah-tengah asrama tersebut tampak megah dengan rangkaian huruf Alquran dalam seni kaligrafi ala Ramli.
Mahasiswa semester tujuh di Universitas Muslim Indonesia ini mengaku belajar menulis kaligrafi selama tiga tahun di Pondok Pesantren Abnauul Amiir Kabupaten Gowa. Hasil seni kaligrafinya pun tidak sedikit. Menurutnya, dia telah membuat setidaknya belasan hasil seni kaligrafi di beberapa masjid di luar Makassar, seperti Sidrap, Takalar, dan Gowa.
Ramli juga mengaku pernah membuat seni kaligrafi di mesjid Kantor Wilayah Departemen Agama Sulawesi Selatan dan beberapa kantor instansi pemerintahan.
Pria kelahiran Takalar ini mengaku, baru pertama kali membuat kaligrafi pada replika Kakbah. Replika yang berbahan dasar plat besi itu membuat Ramli kesulitan. Selain letaknya yang tinggi, panas matahari juga membuat suhu pada plat besi itu manjadi naik.
"Saya harus menggunakan kaos tangan untuk menulis supaya tidak tersengat panas di dinding Kakbah ," ungkap Ramli, Senin 03 November.
Untuk meyelesaikan kaligrafi itu, Ramli di beri upah sebesar Rp 2 juta oleh Kantor Wilayah Depag Sulsel. Pria yang juga sebagai imam mesjid di Kantor Kejaksaan tinggi ini, tidak mempersoalkan besar-kecilnya upahnya itu. Menurutnya, Asrama haji Sudiang telah banyak memberikan kontribusi ke Kampusnya. Sehingga dia tetap melaksanakan tugasnya dengan ikhlas.
"Saya tidak persoalkan masalah besar kecilnya upah, karena asrama telah berjasa banyak kepada UMI. Setiap penyambutan mahasiswa baru kami selalu diberikan kesempatan untuk menggunakan asrama dan fasilitasnya," ungkap Ramli.
Apalagi bagi Ramli membuat kaligrafi memiliki kebanggaan tersendiri. Selain untuk memperbanyak ibadah lewat bacaan Alquran, orang lain juga akan langsung menyanjungnya. Karena para kaligraf selalu mencantumkan nama dan tanggal pembuatan hasil karya seni itu yang juga di buat dalam bentuk tulisan kaligrafi.
Sayangnya Ramli enggan menuliskan namanya pada replika Kakbah yang saat ini di buatnya. Pasalnya, kaligrafi surah Ali Imran ayat 95-96 yang memiliki kandungan keutamaan Haji untuk orang yang mampu itu telah ada yang membuat sebelumnya.
"Yang saya tulis di situ hanya Hamba Allah, karena bukan saya yang membuatnya pertama kali, saya hanya merenovasi hasil kaligrafi itu," ungkap Ramli.
Tak terasa waktu mulai menunjukkan pukul 13.00 Wita, Dengan mengenakan kemeja lengan panjang, kaos tangan dan beberapa kaleng cat, Ramli bergegas melanjutkan pekerjaannya. Dia harus menyelesaikan kaligrafi di empat sisi replika Kakbah itu sebelum sore hari karena beberapa hari ini, hujan terkadang datang pada sore hari.(*)

Bersaing Memberi Layanan pada Jemaah

Bersaing Memberi Layanan pada Jemaah

Musim haji memang membawa berkah bagi banyak orang di Asrama Haji Sudiang. Di pusat pemondokan embarkasi Hasanuddin itu, beragam aktivitas yang berbau keuntungan digelar, mulai dari penukaran uang asing di counter money changer, kantin, cafe hingga kedai operator selular.


laporan:
Eka Nugraha
Makassar


ASRAMA Haji Sudiang memang selalu dijadikan orang untuk mengais rezeki. Terutama money changer yang menjadi tempat penukaran uang asing. Setiap hari, calon jemaah dan keluarganya memanfaatkan jasa money changer untuk keperluan di luar negeri. Tidak hanya money changer, kedai selular juga ikut mendulang rupian di asrama yang memiliki 15 wisma ini.
Saat ini, setidaknya sudah dua operator selular yang telah mendirikan pos counter di asrama haji. Merah, itulah warna dominan untuk Telkomsel dan kuning untuk counter Indosat. Kedua counter ini terletak berdampingan. Posisinya tepat berada di depan masjid di kompleks asrama.
Dua raksasa seluler itu bersaing memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah. Telkomsel misalnya, counter yang di jaga oleh Adhit dan Zulham ini memberikan fasilias untuk mengisi voucher. Mulai dari voucher terendah hingga voucher tertinggi tersedia di counternya. selain itu, counter yang di jaga oleh dua lelaki berpostur tegap ini juga memberikan fasilitas kepada jemaah haji untuk aktivasi fungsi luar negeri, sehingga jemaah haji akan mudah menggunakan ponselnya di Mekkah.
Adhit mengaku tahun lalu, dalam waktu 12 jam saja pernah mendapat untung dari penjualan vouchernya hingga Rp22 juta. Pada hari pertama, Adhit dan Zulham baru meraup untung sebanyak Rp 6 juta. "Paling heboh kalau jemaah asal Sulawesi Barat, Tahun lalu saya pernah meraup untung hingga Rp22 juta dalam waktu 12 Jam," kenang Adhit saat ditemui di counternya, Rabu 5 November.
Lain halnya dengan counter Indosat, untuk menarik minat jemaahnya, counter yang di jaga oleh Kurniati dan Meina ini memberikann kartu perdana IM3 gratis kepada jemaah. Sebanyak 6.500 kartu perdana disiapkan untuk diberikan secara cuma-cuma kepada jemaah.
Untuk hari pertama, counter tersebut telah membagikan 350 kartu perdana kepada jemaah. Selain itu, counter dengan warna dominan kuning ini juga memberikan fasilitas pengisian voucher untuk jemaah. "Kami memberikan fasilitas pengisian voucher, dari yang terendah hingga yang tertinggi," ungkap Meina.(ekanugraha_fajar@yahoo.com)