19 Desember, 2008

Standby Meski Tidak Ada Jemaah


MENUNGGU, bagi banyak kalangan adalah pekerjaan yang sangat membosankan. Apalagi yang ditunggu kehadirannya belum jelas kapan tiba. Hal serupa juga dialami oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Makassar. Apa aktivitas pejabat PPIH Makassar di sela-sela kedatangan jemaah tersebut?






Laporan : Eka Nugraha
Makassar

Ternyata tidak hanya penjemput jemaah yang bisa berharap-harap cemas menunggu kedatangan jemaah. Di setiap personel PPIH Makassar pun juga terjadi hal yang sama. Seperti yang terjadi pada Senin malam. Saat menuggu kedatangan jemaah kloter 3 dan kloter 4 yang waktu kedatangannya juga tidak jelas.

Waktu saat itu menunjukkan 20.30 Wita. Informasi kedatangan kloter 3 yang dijadwalkan tiba pada pukul 18.05 Wita ternyata juga masih belum jelas. Berdasar dari informasi dari petugas Daerah Kerja (daker) Jeddah pesawat yang digunakan untuk kloter 3 terpaksa terlambat (delay) 12 jam atau pada saat ini berada pada ring A3.

OLeh PPIH Makassar waktu luang 12 jam tersebut ternyata diisi dengan kegiatan lain sembari menunggu. Di Bidang Keamanan misalnya, beberapa petugas kepolisian dan petugas Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) bersantai sembari bersenda gurau dengan PPIH yang lainnya di Area Asrama.

Pemandanagan serupa juga tampak pada Koordinator Bidang Keamanan Asrama Haji Sudiang, Kompol Aidil Rachman. Petugas kepolisian yang mengaku pernah mengikuti pelatihan Public Relation ini memilih untuk beristirahat di Cafe Informasi sambil menunggu informasi terakhir penerbangan. " Meski terlihat santai, tapi kami tetap siaga," kata Aidil.
Menurut Aidil, anggotanya telah mertugas sesuai sif yang telah ditetapkan. Jadi ada atau tidak ada jemaah mereka tidak boleh meninggalkan Asrama.

Berbeda dengan petugas informasi jemaah Haji. Para petugas di ruang informasi terpaksa tidak boleh meninggalkan ruangan. Hal tersebut dilakukan karena setiap saat informasi dan koordinasi antara PPIH selalu berpusat pada ruangan tersebut. Petugas informasi haji terpaksa banyak menghabiskan waktu di ruang berukuran 20 meter persegi tersebut.
" Tidak boleh ditinggalkan, nanti ada orang yang menelepon mau tanya informasi kedatangan terus tidak ada orang bagaimana?" kata Tasrib Tajuddin, petugas PPIH.

Hal serupa juga tidak jauh berbeda dengan petugas Triple D. Petugas yang sering dijuluki "Pasukan Orange" ini ternyata tetap standby di pos mereka masing masing. Puluhan petugas Triple D bahkan masih menggunakan seragam warna Orangenya. Beberapa Handy Talky (HT) juga masih melekat ditangan mereka.

Koordinator Trille D Johamzah mengatakan meski jemaah tidak ada, para petugas tersebut tetap standby. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kemungkinan membeludaknya penjemput jemaah.
"Harus tetap Standby dong, jangan sampai penjemput membludak," kata pria berpostur tinggi besar ini.

Hal yang sama juga terjadi untuk security Asrama haji, Koordinator Security Asrama Haji, Jusuf Basir mengatakan, selain standby di setiap wisma, pada waktu tertentu, petugas Security selalu berkeliling di asrama.

Sementara itu, di ruang Sistem komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), tampak berbeda. Saat Fajar datang keruangan tersebut tidak tampak seorang pun petugas Siskohat. Yang tampak hanya beberapa unit Komputer yang tidak dimatikan.

Salah seorang petugas yang namanya enggan dikorankan mengatakan, petugas Siskohat saat itu sedang keluar untuk mencari makan.
" Mungkin mereka lagi keluar untuk mencari makan, karena ruangan ini tidak terkunci. Sebentar lagi mungkin sudah ada," kata pria tersebut.(*)

13 Desember, 2008

Anti Balapan Liar, Andalkan Brotherhood

BROTHERHOOD. Ketua Umum STC, Bro Anto, sedang melihat Suzuki Thunder yang telah dimodifikasi oleh PT SGP. Motor ini akan dilelang pada saat pelaksanaan Thunder Party. Gambar direkam Sabtu 13 Desember









Brotherhood begitu kental di benak pecinta sepeda motor. Dalam bahasa Indonesia, Brotherhood berarti persaudaraan. Kata Brotherhood bukan sekadar kalimat bagi bikers. Sebab bagi mereka, karena persaudaraan-lah sehingga komunitas pecinta motor rela menembus hujan dan jarak ratusan kilometer.


Laporan
Eka Nugraha
Makassar

Sabtu, 13 Desember, siang kemarin, di Mall Ramayana Jl AP. Pettarani. Cuaca tidak panas. Malah sebaliknya mendung. Beberapa saat kemudian, hujan pun mulai turun membasahi aspal di tempat itu. Di tengah siraman hujan, puluhan lelaki dengan kostum yang cantik-cantik tampak setiap menjaga motor mereka.Motor mereka jenis motor sport 125 cc.

Ya, mereka itu para bikers Thunder Club. Siraman hujan tak membuat mereka beranjak. Niat para Bikers Thunder Club itu tak surut untuk melaksanakan acara Thunder Party. Acara ini digelar Suzuki.

Para bikers yang mengenakan baju klub masing-masing ini ternyata tidak hanya dari Makassar. Beberapa di antaranya dari Kabupaten Bulukumba, Enrekang, serta Bone. Mereka sengaja ke Makassar untuk bergabung dengan komunitas pecinta motor Thunder lainnya.

Ketua panitia Thunder Party yang juga Supervisor Event Promosi PT SGP Makassar, Anusa Pawan mengatakan, sebanyak 11 club Suzuki Thunder hadir dalam acara ini. Jumlah motor yang berkumpul di tempat tersebut tak kurang dari 600 motor. "Club mereka terdiri dari beberapa chapter (bagian, red). Chapter tersebut tersebar di Sulawesi Selatan. Bahkan ada yang dari Kendari," kata Anusa saat ditemui di sela-sela acara Thunder Party, kemarin.

Anusa menambahkan, acara ini bertujuan meningkatkan rasa persaudaraan antarsesama bikers. Selain itu, acara ini juga bertujuan mensosialisasikan bagaimana keamanan berkendara (safety riding) dan tertib berlalu lintas. Ketua umum Suzuki Thunder Inovation Club (STIC) Sulawesi, Hasanuddin Tiro mengatakan, saat acara ini berlangsung, beberapa chapter dari STIC tengah dalam perjalanan. Chapter tersebut berasal dari Bulukumba dan Soppeng. Meski hujan, menurut Hasanuddin, anggota STIC tetap melanjutkan perjalanan.

"Yang namanya biker tidak mengenal hujan. Biar hujan tetap jalan," kata Hasanuddin

Hasanuddin menjelaskan, keberandaan club pecinta motor sangat diperlukan. Khususnya untuk sosialisasi tertib berlalulintas. Untuk anggota bikers STIC sendiri, katanya, setiap saat dilakukan pengkaderan. Setiap anggota baru harus melalui pengkaderan. Pengkaderan ini dilakukan bekerjasama pihak Polresta Makassar Barat. Tak heran jika setiap anggota yang telah lolos pengkaderan diberikan stiker bertuliskan "Badai Barat". Stiker ini sekaligus pertanda bahwa yang bersangkutan telah lolos bergabung dan tahu tentang aturan berlalulintas.

Ketua Umum Sulawesi Thunder Club (STC), Ardianto juga mengungkapkan hal senada. Menurutnya, hanya karena perasan persaudaraan, beberapa anggota clubnya rela diguyur hujan dalam perjalanan Bone menuju Makassar.

Pada kesempatan itu, Anto menegaskan, STC juga merupakan club pecinta motor yang anti balapan liar. Menurut Anto, balapan liar merupakan pelanggaran berat dalam berlalulintas. " Untuk balapan liar, kami paling anti," tegas Anto.(*)

12 Desember, 2008

Bukan golongan Speed rider

harian Fajar Edisi Sabtu, 13 Desember

DI jalan tanpa sengaja melihat logo BMC dengan sayap kembarnya, maaf, itu bukan lambang atau merek produk pulpen. BMC itu adalah sekumpulan pecinta sepeda motor sport yang tertib berlalulintas.

Laporan
Eka Nugraha
Ujungpandang


BAJAJ Motor Club (BMJ). Itulah kepanjangan dari BMC, suatu komunitas pecinta motor sport yang diproduksi dari negara kelahiran Mahatma Gandhi, India. Meski baru dideklarasikan pada 18 Agustus lalu, komunitas ternyata mempunyai visi untuk mendukung ketertiban berlalulintas di Makassar.
Saat saya bertandang ke sekretariatnya di Jalan Muhtar Luthfi, tepatnya di samping Adira Cafe, Ketua Umum BMC, Muhammad Ishak Kalia, baru saja merapikan meja kantornya. Beberapa anggota BMC pun tampak sedang bersantai di ruangan dengan warna dinding cokelat susu tersebut. Menurut Ishak, saat ini kesadaran masyarakat Makassar tentang tertib berlalulintas masih perlu dipermantap. Oleh karena itu, syarat utama untuk masuk kedalam komintas ini adalah mengetahui peraturan lalulintas yang ada. Syarat tersebut merupakan mutlak untuk bikers BMC yang bukan merupakan golongan speed rider.
" Syarat pertama harus tahu peraturan lalulintas, setelah itu syarat selanjutnya, punya Motor Bajaj, sehat jasmani dan rohani," kata Ishak, Jumat 12 Desember.
Sedangkan untuk biaya Administrasi, pengurus BMC tidak terlalu mempersulit calon anggotanya. Hanya dengan Rp50 ribu calon anggota yang mendaftar akan langsung menjadi anggota BMC. Selain itu, Helm standar dan atribut BMC berupa seragam dan stiker BMC sudah dapat di gunakan oleh setiap anggota yang telah mendaftar.
" Kalau belum punya uang, tidak apa-apa, daftarkan saja. Pada prinsipnya kami ingin punya banyak teman," kata Ishak.
Selain tertib belalulintas, Komunitas yang terdiri atas 80 personel ini juga rutin mengadakan kegiatan solidaritas. Bentuk kegiatannya bermacam-macam. Mulai dari pemberian kebutuhan pokok pada kaum dhuafa sampai membantu polisi untuk penertiban lalulintas di jalan yang macet. Pada 22 Desember nanti, BMC kembali mengadakan kegiatan sosial yag bertemakan "Donor darah BMC Care" yaitu kegiatan donor darah untuk masyarakat Makassar.
Sekretaris BMC, Muhammad Yunus, menambahkan, dalam kegiatan sosial tersebut, BMC selalu menyosialisasikan terhadap keamanan saat berkendara roda dua. Selain itu, kegiatan tersebut juga merupakan suatu bentuk upaya BMC untuk merubah image masyarakat terhadap bikers yang ugal-ugalan. "Kami sengaja melakukan hal tersebut untuk mendekatkan diri kepada masyarakat," tambah Yusuf.
Lebih lanjut, Yusuf juga mengatakan, Bikers BMC juga tidak boleh terlibat dalam balapan liar. Hal tersebut sudah menjadi komitmen anggota BMC. Sedangkan untuk balapan resmi, BMC belum memprogramkan hal itu.
Menurut Yusuf, kegiatan BMC hanya fokus untuk kegiatan solidaritas antar sesama anggota dan kegiatan sosial untuk masyarakat.
"Motor kami memang berteknologi tinggi, tapi bukan untuk balapan liar," kata Yusuf.
Untuk mempererat tali silaturahmi, komunitas ini mempunyai pertemuan terjadwal yang tidak bikin pusing anggotanya. Setiap Sabtu malam, anggota BMC berkumpul di Indira Cafe. Setelah berkumpul, anggota BMC kemudian berkeliling Makassar sekadar untuk menyapa komunitas bikers yang lainnya.
"Di luar hari itu, kalau ada waktu lowong, kami ke sekretariat,atau ngumpul di Adira Cafe," kata Yusuf. (*)

22 November, 2008

Nadi Hidup di Asrama Haji Sudiang

Sebelum berangkat menuju Bandara King Abdul Azis Jeddah, relaksasi sangat dibutuhkan jemaah. Stres dan segala beban pikiran dapat terobati dengan mengunjungi sebuah kantin, yang letaknya letaknya tepat di lantai dasar gedung informasi.

Laporan : Eka Nugraha
Sudiang

Kantin Informasi. Itulah nama kantin yang di kelola oleh Persatuan Dharma wanita Kantor Wilayah Departemen Agama Sulawesi Selatan. Kantin ini terletak tepat di lantai dasar gedung informasi, beberapa meja dengan taplak berwarna putih tertata rapi di kantin ini. Beberapa pilar penyangga gedung informasi menambah megahnya kantin ini.
Kantin yang dijaga oleh Husna dan Mariana ini setiap harinya buka dari pukul 07.00 sampai pukul 22.00 Wita. Lantunan musik religi dan sebuah televisi layar lebar semakin menambah kenyamanan dalam kantin. Udara segar dapat masuk tanpa hambatan pada setiap sisi kantin tanpa dinding itu.
Saat itu, cuaca mendung. Udara dingin menambah nikmatnya kopi susu yang saya pesan. Di dampingi secangkir kopi susu, Husna bercerita tentang kantin tersebut.
Menurut Husna, kantin itu telah lama berdiri. Namun, baru tahun ini di renovasi. Sebelumnya, kantin ini hanya menggunakan tenda darurat. Namun, pelayanan kepada pengunjung tetap prima.
Kebanyakan pelanggan yang datang adalah petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Sedangkan jemaah datang pada waktu tertentu, biasanya pada waktu usai melaksanakan salat lima waktu.
"Biasanya usai melaksanakan salat, sebelum ke wisma, mereka sering mampir ke sini, untuk minum kopi atau hanya sekadar menonton TV," ujar Husna.
Selama penerimaan Jemaah Calon Haji (JCH) gelombang pertama tahun ini, menurutnya JCH asal Maluku lah yang paling sering datang ke kantin itu. "Mereka (JCH asal Maluku-red) senang dengan ruangan yang terbuka, karena mereka merasa lapang dan bebas disini," kata Husna. (*)

09 November, 2008

Melawan Panas di Dinding Replika Kakbah

Hitam, Putih, dan Kuning, itulah warna garis yang terdapat pada replika Kakbah di Asrama haji Sudiang. Perpaduan tiga garis tersebut kemudian menjadi suatu bentuk karya seni lukis kaligrafi.

Laporan
Eka Nugraha
Makassar

SAAT itu waktu menunjukkan pukul 12.00 Wita, atau memasuki waktu Dzuhur, lantunan lafadz Alquran mulai terdengar sayup-sayup di masjid yang terletak dalam asrama haji. Selain itu, beberapa petugas juga tampak melakukan persiapan dan pembenahan asrama, derungan mesin pembabat rumput pun ikut memecah keheningan siang itu. Kira-kira seperti itulah kondisi Asrama Haji Sudiang mendekati H-1 kedatangan Jemaah calon Haji (JCH).
Hal serupa juga dilakukan oleh Ramli, seorang kaligraf, ahli penulis indah, yang bertugas untuk menuliskan sebait ayat Alquran pada replika Kakbah di Asrama Haji Sudiang. Replika Kakbah yang terletak di tengah-tengah asrama tersebut tampak megah dengan rangkaian huruf Alquran dalam seni kaligrafi ala Ramli.
Mahasiswa semester tujuh di Universitas Muslim Indonesia ini mengaku belajar menulis kaligrafi selama tiga tahun di Pondok Pesantren Abnauul Amiir Kabupaten Gowa. Hasil seni kaligrafinya pun tidak sedikit. Menurutnya, dia telah membuat setidaknya belasan hasil seni kaligrafi di beberapa masjid di luar Makassar, seperti Sidrap, Takalar, dan Gowa.
Ramli juga mengaku pernah membuat seni kaligrafi di mesjid Kantor Wilayah Departemen Agama Sulawesi Selatan dan beberapa kantor instansi pemerintahan.
Pria kelahiran Takalar ini mengaku, baru pertama kali membuat kaligrafi pada replika Kakbah. Replika yang berbahan dasar plat besi itu membuat Ramli kesulitan. Selain letaknya yang tinggi, panas matahari juga membuat suhu pada plat besi itu manjadi naik.
"Saya harus menggunakan kaos tangan untuk menulis supaya tidak tersengat panas di dinding Kakbah ," ungkap Ramli, Senin 03 November.
Untuk meyelesaikan kaligrafi itu, Ramli di beri upah sebesar Rp 2 juta oleh Kantor Wilayah Depag Sulsel. Pria yang juga sebagai imam mesjid di Kantor Kejaksaan tinggi ini, tidak mempersoalkan besar-kecilnya upahnya itu. Menurutnya, Asrama haji Sudiang telah banyak memberikan kontribusi ke Kampusnya. Sehingga dia tetap melaksanakan tugasnya dengan ikhlas.
"Saya tidak persoalkan masalah besar kecilnya upah, karena asrama telah berjasa banyak kepada UMI. Setiap penyambutan mahasiswa baru kami selalu diberikan kesempatan untuk menggunakan asrama dan fasilitasnya," ungkap Ramli.
Apalagi bagi Ramli membuat kaligrafi memiliki kebanggaan tersendiri. Selain untuk memperbanyak ibadah lewat bacaan Alquran, orang lain juga akan langsung menyanjungnya. Karena para kaligraf selalu mencantumkan nama dan tanggal pembuatan hasil karya seni itu yang juga di buat dalam bentuk tulisan kaligrafi.
Sayangnya Ramli enggan menuliskan namanya pada replika Kakbah yang saat ini di buatnya. Pasalnya, kaligrafi surah Ali Imran ayat 95-96 yang memiliki kandungan keutamaan Haji untuk orang yang mampu itu telah ada yang membuat sebelumnya.
"Yang saya tulis di situ hanya Hamba Allah, karena bukan saya yang membuatnya pertama kali, saya hanya merenovasi hasil kaligrafi itu," ungkap Ramli.
Tak terasa waktu mulai menunjukkan pukul 13.00 Wita, Dengan mengenakan kemeja lengan panjang, kaos tangan dan beberapa kaleng cat, Ramli bergegas melanjutkan pekerjaannya. Dia harus menyelesaikan kaligrafi di empat sisi replika Kakbah itu sebelum sore hari karena beberapa hari ini, hujan terkadang datang pada sore hari.(*)

Bersaing Memberi Layanan pada Jemaah

Bersaing Memberi Layanan pada Jemaah

Musim haji memang membawa berkah bagi banyak orang di Asrama Haji Sudiang. Di pusat pemondokan embarkasi Hasanuddin itu, beragam aktivitas yang berbau keuntungan digelar, mulai dari penukaran uang asing di counter money changer, kantin, cafe hingga kedai operator selular.


laporan:
Eka Nugraha
Makassar


ASRAMA Haji Sudiang memang selalu dijadikan orang untuk mengais rezeki. Terutama money changer yang menjadi tempat penukaran uang asing. Setiap hari, calon jemaah dan keluarganya memanfaatkan jasa money changer untuk keperluan di luar negeri. Tidak hanya money changer, kedai selular juga ikut mendulang rupian di asrama yang memiliki 15 wisma ini.
Saat ini, setidaknya sudah dua operator selular yang telah mendirikan pos counter di asrama haji. Merah, itulah warna dominan untuk Telkomsel dan kuning untuk counter Indosat. Kedua counter ini terletak berdampingan. Posisinya tepat berada di depan masjid di kompleks asrama.
Dua raksasa seluler itu bersaing memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah. Telkomsel misalnya, counter yang di jaga oleh Adhit dan Zulham ini memberikan fasilias untuk mengisi voucher. Mulai dari voucher terendah hingga voucher tertinggi tersedia di counternya. selain itu, counter yang di jaga oleh dua lelaki berpostur tegap ini juga memberikan fasilitas kepada jemaah haji untuk aktivasi fungsi luar negeri, sehingga jemaah haji akan mudah menggunakan ponselnya di Mekkah.
Adhit mengaku tahun lalu, dalam waktu 12 jam saja pernah mendapat untung dari penjualan vouchernya hingga Rp22 juta. Pada hari pertama, Adhit dan Zulham baru meraup untung sebanyak Rp 6 juta. "Paling heboh kalau jemaah asal Sulawesi Barat, Tahun lalu saya pernah meraup untung hingga Rp22 juta dalam waktu 12 Jam," kenang Adhit saat ditemui di counternya, Rabu 5 November.
Lain halnya dengan counter Indosat, untuk menarik minat jemaahnya, counter yang di jaga oleh Kurniati dan Meina ini memberikann kartu perdana IM3 gratis kepada jemaah. Sebanyak 6.500 kartu perdana disiapkan untuk diberikan secara cuma-cuma kepada jemaah.
Untuk hari pertama, counter tersebut telah membagikan 350 kartu perdana kepada jemaah. Selain itu, counter dengan warna dominan kuning ini juga memberikan fasilitas pengisian voucher untuk jemaah. "Kami memberikan fasilitas pengisian voucher, dari yang terendah hingga yang tertinggi," ungkap Meina.(ekanugraha_fajar@yahoo.com)

24 Oktober, 2008

Setiap Membakar Dapat Honor Rp 25 Ribu

NAMANYA Damang, penjaga kunci Krematorium di Pekuburan China, Pannara, Antang. Pekerjaan rutin adalah membersihkan ruang pembakaran mayat.


Laporan
Eka Nugraha
Makassar

MERAH. Itulah warna yang mendominasi pekuburan China, di Pannara, Antang. Deratan kuburan yang terbuat dari tembok raksasa berjejer rapi. Beberapa kuburan menggunakan atap warna merah dengan patung dan simbol-simbol Tionghoa berwarna emas. Di tengah pekuburan ada jalanan sedikit beraspal. Beberapa pembersih kuburan sedang beraktivitas.
Sekitar seratus meter menyusuri jalan berbatu, terlihat sebuah gudang. Di bagian atapnya terdapat corong raksasa. Gudang tersebut tampak tua dengan warna cat yang mulai pudar. warna atap gudang pun sudah berwarna abu-abu. Bagian depan gudang itu tertulis "Krematorium Yayasan Sosial Budi Luhur".
Saat itu, sekitar pukul 08.30, pintu gudang terbuka. Seorang pria tua menyapu lantai gudang. Tubuhnya sedikit membungkuk dengan rambut yang mulai memutih. Saya masuk ke gudang dan menyapa pria itu. Dia mengajak mengobrol di teras gudang. Ada sebuah meja panjang dan kursi kayu di teras itu.
Namanya Damang. Dia mengaku sudah lima tahun bekerja sebagai juru kunci krematorium atau tempat pembakaran mayat. Meski terdengar agak seram, Damang mengaku senang bekerja di tempat itu. "Biar mamoka bisa ma juga bantu orang membersihkan," ungkap Damang, Kamis, 23 Oktober.
Saat ada mayat yang akan dibakar, tugas Damang adalah membuka krematorium. Sekali pembakaran mayat, dia mendapat upah Rp 25 ribu. Sedangkan untuk pembersihan gudang, Damang diupah Yayasan Sosial Budi Luhur sebesar Rp 400 ribu per bulan. Bagi Damang, gaji sebesar itu sudah cukup.
Di dalam krematorium tampak dua mobil ambulans, dua kamar kecil, sebuah kantor jaga, ada dupa, dan juga tempat pembakaran mayat.
Proses pembakaran mayat dilakukan pada siang hari. Bahan bakarnya adalah solar. Api diinjeksikan ke dalam sebuah ruangan berukuran 10 meter persegi melalui sebuah mesin. Setelah terbakar mayat yang telah berada dalam peti dimasukkan ke ruangan itu dan ditutup dengan pintu khusus.
"Kalau jadimi apinya, dimasukkanmi mayat ka dalam sini (ruang pembakaran), baru ditunggu selama tiga jam. Besok paginya pi lagi baru diambil," jelas Damang.
Setelah beberapa saat bercerita, Damang bergegas melanjutkan pekerjaannya membersihkan kuburan di belakang gudang. Sambil pamit, Damang mengambil beberapa alat kerja. "Kerja ka dulu, Dek. Sudah siangmi ini, nanti panaski," kata Damang seraya mengunci pintu krematorium. (ekanugraha68@yahoo.co.id)

15 Oktober, 2008

*Guru-guru Sukarela dari Negeri Asing
Perempuan Itu Bernama Laura Syekes

DI tepi kanal Barabaraya, sekelompok anak asyik belajar. Gurunya ada juga perempuan bule.
Laporan
Eka Nugraha
Makassar

SEBUAH meja dan enam kursi yang dua di antaranya adalah plastik. Hanya benda-benda ini yang ada ruangan itu. Pemilik ruangan bernama Baharuddin Abidin. Dialah inisiator panti belajar untuk anak-anak usia sekolah di tepi kanal, di Barabaraya.
Inspirasi membuat sekolah ini muncul pada 1989 ketika Baharuddin baru saja pulang sekolah dari Jerman. Saat itu, kawasan tempat panti belajar berlokasi belum ada kanal. Masih terisolasi dari dunia luar. Tak ada akses masuk ke wilayah itu.
Setelah kanal terbangun, barulah ada setapak yang terbentuk di sisi kiri dan kanan saluran air. Baharuddin pun mulai "bermain" di wilayah kanal. Alangkah terkejutnya dia. Fakta yang ditemukan, banyak anak pinggir kanal tidak punya pendidikan. Ekonomi orangtua mereka memprihatinkan.
Hati Baharuddin dan sesamanya dosen di Universitas Hasanuddin (Unhas) tergerak. Ide membentuk pelayanan pendidikan darurat pun terbetik.
Baharuddin menceritakan, awalnya dia dan kawan-kawannya hanya mengontrak rumah milik almarhum Abdullah Baasir yang ketika itu juga dosen di Unhas. Dana pendidikan darurat hanya mengandalkan donatur dari beberapa dosen.
Rumah kontrakan yang kelak jadi panti belajar pun sangat sederhana. Meski berlantai dunia namun sebagian besarnya dindingnya terbuat dari papan. Ruang belajar di lantai dua. Hanya satu ruangan. Lantai satu dimanfaatkan sebagai perpustakaan.
"Saat itu hanya empat mata pelajaran, yaitu membaca, menulis, berhitung, dan pendidikan moral," beber Baharuddin, Selasa, 14 Oktober.
Ketika saya berkunjung ke panti belajar ini, suasana sementara gerah. Para murid dan guru pun berkeringat. Mereka terpaksa meninggalkan lantai dua dan belajar di perpustakaan.
Cukup banyak buku bacaan di perpustakaan. Sebagian besar donasi dari Rotary Club, organisasi nirlaba yang bergerak di bidang sosial.

***
Tiba-tiba ada ketukan di pintu masuk ruang kerja Baharuddin. Dari balik daun pintu menyembul muka seorang perempuan. Bule. Kurus. Jangkung. Rambut pirang, terikat satu. Matanya abu-abu.
"Silakan Laura," kata Baharuddin kepada perempuan itu.
Baharuddin kemudian memperkenalkan perempuan itu. Namanya Laura Syekes. Dia salah seorang volunteer atau relawan dari Melbourne, Australia. Sudah sebulan Laura menetap di Makassar. Awalnya dia hanya mau belajar tentang Bahasa Indonesia sehingga tiba di Kota Daeng. Namun oleh Baharuddin, Laura diajak mengajar di panti belajar. Untuk baktinya ini, Laura tak menerima bayaran. Namanya saja relawan.
Dia belum fasih berbahasa Indonesia. Malah kadang "terpeleset". Seperti ketika dia berucap, "Masyarakat Makassar ramai." Padahal yang Laura maksud adalah, "Masyarakat Makassar ramah."
Di mata Laura, anak-anak yang menimba ilmu di panti belajar itu punya semangat tinggi. Punya keingintahuan besar.
Anak-anak dan musik memang bukan hal asing bagi Laura. Sebelum ke Indonesia, Laura sempat mengabdikan diri di Olympic Orchestra, Tiongkok saat olimpiade musim panas lalu. Di Tiongkok, Laura berkeliling memberi semangat kepada penduduk lokal.
Kenapa memilih Makassar?
"Why not? Saya (selalu) mencari kesempatan untuk datang ke Indonesia. Saya tidak mau menjadi turis saja di Makassar," jawab Laura.

***
Sesaat berlalu, perbincangan saya dengan Laura dan Baharuddin kembali ke masalah panti belajar. Laura meringsut. Dia kembali beraktivitas sebagai guru.
Saya dan Baharuddin juga menyusuri pinggir kanal Barabaraya. Tak cukup sepelemparan batu dari ruang kerja Baharuddin tadi, sampailah kami di sebuah bangunan semi permanen. Di depannya terpancang sebuah papan bertuliskan "Perpustakaan Panti Belajar Warga Muslim Barayya". Di sinilah Laura mengajar.
Di ruang 70 meter persegi, Laura dan puluhan anak usia 7-14 tahun duduk rapi. Mereka tak mengenakan pakaian seragam layaknya murid sekolah formal. Kadang mereka berdiri. Terutama jika hendak meraih buku yang tersusun di rak.
"Kiri..." ucap Laura.
"Kiri," jawab para murid kompak.
"Kiri bahasa Inggrisnya left," timpal Laura.
Sungguh sebuah simbiosis mutualisme. Murid-murid itu dapat pelajaran Bahasa Inggris gratis. Laura juga begitu; belajar Bahasa Indonesia dari anak-anak pinggir kanal. Keringat mengucur dari tubuh setiap anak. Cuaca menyengat. Panas. Tak ada alat pendingin ruangan. Namun senyum tetap menyempul di bibir Laura. (ekanugraha68@yahoo.co.id)

08 Oktober, 2008

*Pascalebaran, Makassar Makin Dekat ke Patolopolis

PSK Kebagian Kartu Kontrol, Pengemis Membeludak

TAK cukup sepekan pascaidulfitri, pekerja seks komersial (PSK) dan pengemis bertambah. Makassar pun semakin merapat ke patolopolis; kota yang penduduknya dihinggapi penyakit mental.

Laporan
Eka Nugraha dan Rahim
Makassar

BERDASARKAN catatan resmi Dinas Sosial, tahun ini jumlah PSK memang bertambah dibanding tahun lalu. Penambahan sekira 80 orang. Itu yang terdata. Ditaksir, masih banyak PSK yang beroperasi ibarat kentut; tak terlihat tapi terasa dan tercium.
    

Sejatinya, tak ada upaya apapun yang dilakukan dinas ini untuk melindungi warga kota dari serangan patolopolis. Untuk menghadapi serangan PSK misalnya, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Makassar malah merancang kartu kontrol sosial. Kondisi ini semakin mempertegas, pemerintah kota sebenarnya melegitimasi aktivitas maksiat birahi.


Rencana Dinas Sosial untuk membuat kartu kontrol terhadap PSK sendiri mendapat tanggapan positif dari Dinas Kesehatan Sulsel.Namun Kepala Bagian Humas Dinas Kesehatan Sulsel, Basri Anas, berharap pemkot tak asal sebut. Tetapi pemkot berani menunjukkan lokasi para PSK. Selain itu, mengenai sulitnya mendapatkan PSK yang keberadaannya diduga berlindung di bawah izin pramuniaga, lagilagi pemkot diminta tegas. "Kalau memang ada PSK di THM (tempat hiburan malam, Red) seharusnya THM tersebut diberikan sanksi tegas," kata Basri, di ruang kerjanya, kemarin.


Basri juga mengatakan, selama ini Dinas kesehatan telah melakukan penaggulangan terhadap penyakit menular seksual dengan di bentuknya tim Pemberantasan Penyakit Menular (P2L). Namun tim ini sulit mendapatkan titik-titik lokalisasi PSK.


Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Makassar, Andi Nasyiah T Azikin, mengatakan, program kartu kontrol PSK sangat bagus. Alasan dia, nantinya penanggulangan penyakit menular seksual dapat terkoodinasi dengan baik. Namun Dinas Kesehatan enggan menyebutkan istilah PSK pada kartu kontrol tersebut. "Kami tidak akan mengatakan mereka PSK, mereka membutuhkan perhatian dan pemeriksaan," ujar Nasyiah.


Lebih jauh Nasyiah menjelaskan, rencana pembuatan kartu kontrol akan dilakukan terpadu dengan dinas terkait. Setelah itu, Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi dan pemeriksaan berkala terhadap pemegang kartu.


Selain PSK, masalah lain yang mengancam Makassar adalah serangan pengemis. Pascalebaran, pengemis di Makassar ditaksir bertambah 300 orang. Rinciannya, sebelum Ramadan hanya 648 pengemis, namun setelah lebaran bertambah menjadi sekitar 1.000 orang. Hal ini diakui Kepala Dinas Sosial Ibrahim Saleh.


Ibrahim mengkalim, para Pengemis itu berdatangan dari Gowa, Takalar, dan Jeneponto. Para pengemis itu rata-rata beroperasi di emperan pertokoan dan kompleks perumahan. (*)

23 Juli, 2008

TIPS PELIHARA IKAN HIAS

TIPS
Ini bagi bagi tips memelihara ikan hias itung2 buat obat stress, atau malah menambah stress tergantung dari sisi mana melihatnya. Saya sendiri penggemar ikan hias tapi rada males kalo udah urusan merawat. Pertimbangkan masak masak sebelum memulai memelihara ikan hias baik sisi mental maupun materiel (dana).

Kalo masih ragu2 juga coba pelihara ikan duyung seperti gambar,mungkin lebih bermanfaat he he he ngeres ya ????

Tips memelihara ikan;
1. Jangan jadikan hobi ini pelarian sesaat. hanya karena lihat tetangga punya ikan hias yang indah, trus langsung pengin, padahal orang memelihara ndak sehari dua hari habis itu terbengkalai nyawanya. Karena itu nyawa ciptaan Tuhan.

2. Sesuaikan niat serta kemampuan dalam merawat makhluk hidup sebelum memutuskan mengadopsi ikan. Jangan sampai orang malas bersihkan akuarium dan gak telaten kasih makan , karena begitu anda adopsi mulai kebutuhan makan, kebersihan sampai sekolah anda yang bertanggung jawab.



3. Sesuaikan kantong dan penghasilanmu sebelum memilih ikan mana yang akan kamu urus. Nah, ini penting agar sang buah hati tidak terlantar dan menjadi kaum prihatin. bayangkan kalau pelihara ikan arwana tapi gak mampu beli atau cari kodok/ikan kecil/jangkrik dll. bisa-bisa tuh ikan diajak puasa juga dan hanya berbuka dengan cecak, klo nemu dirumah. (cecak tidak baik buat sisik ikan).mending kasih uang suruh jajan sendiri he he he.

4. Akuarium atau kolam tempat ikan harus disesuaikan dengan si ikan yang akan menjadi tuan rumah. Jangan asal beli ikan sehingga akuarium ukuran 50X40X30 jadi over populasi. pandai-pandai memilih juga ikan mana yang cocok di akuarium dan mana yang cocok di kolam.Atau jangan “besar ikan dari pada akuarium”, kalo nggak muat sewakan apartemen saja.

5. Jangan asal percaya dengan si penjual. biasa pemula nanya begini, “pak, yang ini bisa tidak kumpul dengan ikan ini,” biasanya penjual bahkan belum pernah memelihara ikan itu dalam waktu lama dan memperhatikan sifatnya, biasa mereka hanya tangan kedua. lebih baik kamu browsing di internet dan tanya ke yang sudah ahli. klo mau mix jenis ikan di satu akuarium harus hati-hati. ndak semua ikan jenis cocok hidup berdampingan dengan yang lain.Jangan sampe terjadi “perang dunia akuarium”.

6. Perhatikan juga perlengkapan pendukung. Syarat wajib makhluk hidup dapat survive adalah oksigen. jadi buatlah sirkulasi air dengan filter dan beri pasokan oksigen dengan aerator. harga sekarang udah murah-murah kok (banyak produk china).Kalo masih ndak mampu terpaksa kasih ‘napas buatan tiap’ hari ha ha ha.

7. Konsisten dan ikhlas dalam memelihara.Jangan menjadi beban dan menggerutu karena harga harga mahal trus ikannya dijadikan pelampiasan. Sebab ikan mana tahu urusan ekonomi. Coba aja ketika anda lapar, ndak bisa beli makan ,lihat mereka (ikan-ikan, red) niscaya akan memberikanmu balasan dengan lincah gerak dan kilau warna indahnya. Atau mungkin tuh ikan langsung ke penggorengan …. hi hi hi dari pada kelaparan????!

Silahkan mencoba “try at home”

UNTITLED,...

ertama-tama ucapan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME,....
akhirnya aku sudah punya kesempatan buat ngeBlog,.... Amiin,...