Siang itu, udara dingin terus menusuk tulangku,.. ingin rasanya menghempaskan tubuh ceking ini ke alam lain. Hingga esok, ditemukan mayat berseliweran ditepi jalan
“Ka, ayo lanjut e. Motor mu tidak ada lampunya,” kata Asdhar. Suara itu langsung membangunkan ku dari peristirahatan. Dari situ, kucoba mengumpulkan jiwa jiwa yang masih tertinggal di alam peristirahatanku tadi. Berat rasanya meninggalkan hangatnya tempat pembaringanku saat itu. Dengan mata yang mengantuk , kurapatkan jaket; pelindung hawa dingin.
Kupaksakan membangunkan tubuhku. Lalu menuju motor yang ku parkir tadi. Kulanjutkan perjalanan bersama dengan rombongan lainnya. Tapi entah kenapa, saat itu saya tidak menghiraukan motor anggota rombongan yang tidak bisa mendaki. Langsung saja ku tinggalkan rombongan itu satu persatu.
Satu, dua, tiga jam, saya semakin jauh dari rombongan. Senja mulai berganti menjadi malam hari. Motor traill itu pun semakin aku pacu sekencang mungkin. Sendirian. Menjelang magrib, tiba-tiba, motor yang saya kendarai menghantam kayu besar yang ada di jalan. Aku pun terjatuh dan tertindis motor. Dengan sisa tenagaku , ku coba mengangkat motor itu sendirian. Anehnya, mesin motor ku sudah tidak mau hidup lagi. Sementara saya tidak mempunyai peralatan untuk memperbaikinya.
Lambat laun mentari mulai bersembunyi dibalik malam ,dan gelap datang seiring perubahan alam ini . Dengan teratur dan sangat teratur , alampun berganti menjadi gelap , jangkrik jangkrik malam mulai berdendang, diiringi gemericik air sungai, melagukan irama alam. Keheningan merambah kepenjuru tempat, dan gelap mulai menunjukkan keperkasaannya.
Saya terbuai akan alam malam saat itu, bintang gemintang berkilauan. Jauh di ufuk langit. Terang berkelip ,menyebar ke seluruh penjuru langit . Tiada awan saat itu . . Hanya bintang dan gelapnya malam. “Indah,” kata ku dalam hati.
Sementara, sampai saat itu aku tidak bisa berbuat apa-apa dengan motor itu. Saya hanya bisa berharap ada seseorang yang datang membantuku. Sejenak, ku tersadar betapa egoisnya diriku; seorang anak manusia yang tega meninggalkan anak manusia lainnya yang juga dalam kesusahan.
Kilauan cahaya dari kejauhan datang membangunkan kesadaranku. Semakin perlahan, cahaya itu semakin dekat. Ku pikir itu adalah cahaya lampu motor. Ternyata sangkaan ku itu benar. Cahaya lampu itu adalah berasal dari lampu motor milik Asdhar dan rombongan yang lainnya. Mereka pun membantu saya dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Maindo.
Entah berapa kali saya terjatuh dari motor dalam perjalanan malam hari itu. Yang jelasnya, selalu ada saja teman yang menolongku saat terjatuh. Rombonganku akhirnya tiba di desa Maindo sekira pukul 02.00 dini hari. Tercatat sebanyak 11 jam perjalanan yang kami lalui untuk melintasi jalan sepanjang 35 kilometer itu.
Di Maindo, kami disambut dengan alunan musik khas kecamatan Bastem. Ratusan motor sudah terparkir dilapangan. Saya pun langsung membaringkan tubuh ditenda yang disediakan khusus untuk menyambut kami.
Dalam pembaringan itu, saya terpana pada eksotisme malam yang menghipnotis alam bawah sadarku. Melintasi samudera fikiran yang luas tanpa batas. Terekam dalam satu memory dari sekian juta untaian kenangan. Alam,… Memberiku banyak inspirasi yang selalu datang menggoda tuk kembali bercumbu . Memberi sekeping semangat dalam menjalani hidup . Mengingat kebesaran Tuhan yang maha perkasa . Malampun semakin larut . . Kami bergegas . . . Menuju pembaringan dalam hangatnya selimut. .
Sengau suara angin malam menemani pembaringanku saat itu. Mata terlelap berurutan menuntun mimpi yang hendak hadir menghiasi tidurku. Pikiranku menerawang, memilah semua kejadian hebat selama bertugas menjadi wartawan di wilayah Luwu Raya. Mulai dari aksi sejumlah karyawan PT Inco yang enggan di PHK, Aksi perang kelompok di kelurahan Mancani, kota Palopo yang tak kunjung usai dari tahun ketahun, longsor di kelurahan battang barat yang menyebabkan jalan poros palopo-toraja terputus, hingga perebutan kekuasaan di dua kabupaten di Luwu Raya. Semuanya terekam jelas dalam pembaringanku saat itu.
Sejenak ku berfikir; sungguh sangat hiruk dan pikuk di kota sana. Selalu saja ada masalah yang harus diselesaikan. Ingin rasanya untuk tetap di tempat ini. Merasakan ketenangan dengan alam yang sangat tenang. Sayang, ternyata hidup adalah masalah. Masalah yang harus dilalui sebagai tantangan. Bukan beban hidup.
Dalam sadarku, kupejamkan mata dan berusaha menyimpan semua lembaran kisah di kepala ku. Karena esok, akan menjadi kehidupan baru lagi saat semuanya melakukan pergeseran. Saya yakin, sebuah tugas baru akan menantiku di tempat lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar