09 November, 2008

Melawan Panas di Dinding Replika Kakbah

Hitam, Putih, dan Kuning, itulah warna garis yang terdapat pada replika Kakbah di Asrama haji Sudiang. Perpaduan tiga garis tersebut kemudian menjadi suatu bentuk karya seni lukis kaligrafi.

Laporan
Eka Nugraha
Makassar

SAAT itu waktu menunjukkan pukul 12.00 Wita, atau memasuki waktu Dzuhur, lantunan lafadz Alquran mulai terdengar sayup-sayup di masjid yang terletak dalam asrama haji. Selain itu, beberapa petugas juga tampak melakukan persiapan dan pembenahan asrama, derungan mesin pembabat rumput pun ikut memecah keheningan siang itu. Kira-kira seperti itulah kondisi Asrama Haji Sudiang mendekati H-1 kedatangan Jemaah calon Haji (JCH).
Hal serupa juga dilakukan oleh Ramli, seorang kaligraf, ahli penulis indah, yang bertugas untuk menuliskan sebait ayat Alquran pada replika Kakbah di Asrama Haji Sudiang. Replika Kakbah yang terletak di tengah-tengah asrama tersebut tampak megah dengan rangkaian huruf Alquran dalam seni kaligrafi ala Ramli.
Mahasiswa semester tujuh di Universitas Muslim Indonesia ini mengaku belajar menulis kaligrafi selama tiga tahun di Pondok Pesantren Abnauul Amiir Kabupaten Gowa. Hasil seni kaligrafinya pun tidak sedikit. Menurutnya, dia telah membuat setidaknya belasan hasil seni kaligrafi di beberapa masjid di luar Makassar, seperti Sidrap, Takalar, dan Gowa.
Ramli juga mengaku pernah membuat seni kaligrafi di mesjid Kantor Wilayah Departemen Agama Sulawesi Selatan dan beberapa kantor instansi pemerintahan.
Pria kelahiran Takalar ini mengaku, baru pertama kali membuat kaligrafi pada replika Kakbah. Replika yang berbahan dasar plat besi itu membuat Ramli kesulitan. Selain letaknya yang tinggi, panas matahari juga membuat suhu pada plat besi itu manjadi naik.
"Saya harus menggunakan kaos tangan untuk menulis supaya tidak tersengat panas di dinding Kakbah ," ungkap Ramli, Senin 03 November.
Untuk meyelesaikan kaligrafi itu, Ramli di beri upah sebesar Rp 2 juta oleh Kantor Wilayah Depag Sulsel. Pria yang juga sebagai imam mesjid di Kantor Kejaksaan tinggi ini, tidak mempersoalkan besar-kecilnya upahnya itu. Menurutnya, Asrama haji Sudiang telah banyak memberikan kontribusi ke Kampusnya. Sehingga dia tetap melaksanakan tugasnya dengan ikhlas.
"Saya tidak persoalkan masalah besar kecilnya upah, karena asrama telah berjasa banyak kepada UMI. Setiap penyambutan mahasiswa baru kami selalu diberikan kesempatan untuk menggunakan asrama dan fasilitasnya," ungkap Ramli.
Apalagi bagi Ramli membuat kaligrafi memiliki kebanggaan tersendiri. Selain untuk memperbanyak ibadah lewat bacaan Alquran, orang lain juga akan langsung menyanjungnya. Karena para kaligraf selalu mencantumkan nama dan tanggal pembuatan hasil karya seni itu yang juga di buat dalam bentuk tulisan kaligrafi.
Sayangnya Ramli enggan menuliskan namanya pada replika Kakbah yang saat ini di buatnya. Pasalnya, kaligrafi surah Ali Imran ayat 95-96 yang memiliki kandungan keutamaan Haji untuk orang yang mampu itu telah ada yang membuat sebelumnya.
"Yang saya tulis di situ hanya Hamba Allah, karena bukan saya yang membuatnya pertama kali, saya hanya merenovasi hasil kaligrafi itu," ungkap Ramli.
Tak terasa waktu mulai menunjukkan pukul 13.00 Wita, Dengan mengenakan kemeja lengan panjang, kaos tangan dan beberapa kaleng cat, Ramli bergegas melanjutkan pekerjaannya. Dia harus menyelesaikan kaligrafi di empat sisi replika Kakbah itu sebelum sore hari karena beberapa hari ini, hujan terkadang datang pada sore hari.(*)

Tidak ada komentar: