12 Oktober, 2009

Kisah Hidup Imam Masjid Jami Tua Kota Palopo

Setengah Abad Lebih Mengabdi untuk Islam
"Tuhan selalu memberikan berkah kepada ummat-Nya yang cinta kepada-Nya,"

EKA NUGRAHA
Palopo

Sepenggal kalimat itu mengalir dari mulut Abdul Latief Al Muscati, seorang imam masjid Jami tua di Palopo, Selasa 14 September. Meski agak terbata-bata, pria paruh baya ini masih tampak semangat menceritakan perjuangan hidupnya menjadi seorang imam masjid tertua di Palopo.

Hampir semua jemaah masjid Jami (masjid tertua) di Palopo mengenal sosok keturunan Arab ini. Pasalnya, sejak tahun 1978, pria ini sudah mulai ada di masjid itu. Awalnya, dia hanya bertugas untuk membersihkan masjid paling bersejarah di Sulawesi Selatan itu.

"Awalnya, saya hanya membantu membersihkan Masjid, terus jadi guru mengaji, sampai sekarang jadi imam Masjid," jelas Abdul Latief.

Seperti dengan nama belakangnya; Al Muscati. Abdul Latief adalah salah seorang keturunan Arab yang bermukim di Palopo. Bahkan menurutnya, dia mengaku adalah keturunan cucu dari salah seorang penyebar Syiar Islam terkenal di Palopo bernama Syekh Salim Djewed.

Latief mengatakan, Syekh Salim Djewed adalah sosok penyebar islam di Palopo. Dia pernah menjadi salah satu penasehat agama pada kerajaan Luwu yang saat itu dipimpin oleh Datuk Andi Djemma.

"Tidak ada yang tidak kenal dengan nenek saya itu, apalagi orang-orang kerajaan, pasti dia mengenalnya," jelas Latief.

Latief mengaku, banyak belajar dari neneknya mengenai agama Islam. Bahkan dia pernah belajar di Pendidikan Guru Agama (PGA) selama tiga tahun. Sayang, pendidikan tersebut harus terhenti karena saat itu terjadi perang oleh laskar yang dipimpin oleh Qahhar Mudzakkar. Latief pun harus meninggalkan kota Palopo selama tiga tahun.

Usai dari sana, Latief kemudian mulai tinggal di Masjid Jami tua. Saat itu, dia dipercaya untuk membersihkan masjid dan menjadi guru mengaji. Dia mengaku mulai tinggal di masjid itu sejak tahun 1978.

Lalu, berapa upah Latief saat itu? pria paruh baya dengan janggot yang mulai memutih ini mengaku hanya diberi upah Rp 2500 per bulan. Kehidupannya hanya ditopang dengan jualannya yang tidak jauh dari Masjid itu.

"Setelah beberapa tahun, saya diangkat menjadi imam masjid," jelasnya.

Pofesi sebagai imam masjid masih dilakoni Latief sampai sekarang. Selain itu, dia juga masih mengajar mengaji dan meladeni mayat. Kadang juga dia dipanggil oleh beberapa warga sebagai juru baca doa di sebuah acara.

"Selama hidup di Masjid Jami, ada saja berkah yang diberikan Tuhan," jelasnya.

Latief menambahkan, di hari raya idulfitri ini, dia meminta kepada semua orang agar senantisa menjalin silaturahmi dengan sesama umat muslim lainnya. Selai itu rasa cintanya kepada Tuhan juga harus ditingkatkan. Menurutnya, Tuhan akan selalu memberikan berkah kepada ummatnya yang senantiasa cinta kepada-Nya.

"Saya rasakan ketenraman saat berada di masjid ini, itu adalah salah satu berkah buat saya," jelas Latief.(**)

Tidak ada komentar: