NAMANYA Damang, penjaga kunci Krematorium di Pekuburan China, Pannara, Antang. Pekerjaan rutin adalah membersihkan ruang pembakaran mayat.
Laporan
Eka Nugraha
Makassar
MERAH. Itulah warna yang mendominasi pekuburan China, di Pannara, Antang. Deratan kuburan yang terbuat dari tembok raksasa berjejer rapi. Beberapa kuburan menggunakan atap warna merah dengan patung dan simbol-simbol Tionghoa berwarna emas. Di tengah pekuburan ada jalanan sedikit beraspal. Beberapa pembersih kuburan sedang beraktivitas.
Sekitar seratus meter menyusuri jalan berbatu, terlihat sebuah gudang. Di bagian atapnya terdapat corong raksasa. Gudang tersebut tampak tua dengan warna cat yang mulai pudar. warna atap gudang pun sudah berwarna abu-abu. Bagian depan gudang itu tertulis "Krematorium Yayasan Sosial Budi Luhur".
Saat itu, sekitar pukul 08.30, pintu gudang terbuka. Seorang pria tua menyapu lantai gudang. Tubuhnya sedikit membungkuk dengan rambut yang mulai memutih. Saya masuk ke gudang dan menyapa pria itu. Dia mengajak mengobrol di teras gudang. Ada sebuah meja panjang dan kursi kayu di teras itu.
Namanya Damang. Dia mengaku sudah lima tahun bekerja sebagai juru kunci krematorium atau tempat pembakaran mayat. Meski terdengar agak seram, Damang mengaku senang bekerja di tempat itu. "Biar mamoka bisa ma juga bantu orang membersihkan," ungkap Damang, Kamis, 23 Oktober.
Saat ada mayat yang akan dibakar, tugas Damang adalah membuka krematorium. Sekali pembakaran mayat, dia mendapat upah Rp 25 ribu. Sedangkan untuk pembersihan gudang, Damang diupah Yayasan Sosial Budi Luhur sebesar Rp 400 ribu per bulan. Bagi Damang, gaji sebesar itu sudah cukup.
Di dalam krematorium tampak dua mobil ambulans, dua kamar kecil, sebuah kantor jaga, ada dupa, dan juga tempat pembakaran mayat.
Proses pembakaran mayat dilakukan pada siang hari. Bahan bakarnya adalah solar. Api diinjeksikan ke dalam sebuah ruangan berukuran 10 meter persegi melalui sebuah mesin. Setelah terbakar mayat yang telah berada dalam peti dimasukkan ke ruangan itu dan ditutup dengan pintu khusus.
"Kalau jadimi apinya, dimasukkanmi mayat ka dalam sini (ruang pembakaran), baru ditunggu selama tiga jam. Besok paginya pi lagi baru diambil," jelas Damang.
Setelah beberapa saat bercerita, Damang bergegas melanjutkan pekerjaannya membersihkan kuburan di belakang gudang. Sambil pamit, Damang mengambil beberapa alat kerja. "Kerja ka dulu, Dek. Sudah siangmi ini, nanti panaski," kata Damang seraya mengunci pintu krematorium. (ekanugraha68@yahoo.co.id)
24 Oktober, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar