04 Maret, 2009

Turun Temurun Membuat Gigi Palsu


DARI kakek turun ke ayah. Setelah ayah, giliran sang anak yang berkarya. Semua demi gigi.

EKA NUGRAHA, Ujungpandang

DI Jalan Lompobattang, terdapat sebuah bangunan berlantai dua. Di bagian depan, terpajang sebuah billboard bergambar susunan gigi. Bagian bawah gambar itu tertulis "Tukang Gigi Gaya". Itulah pengrajin gigi palsu milik Alferd.
Saat saya mampir ke tempat itu, Alferd sementara beristirahat di meja kerjanya. Tumpukan gigi palsu, beberapa botol bahan kimia dan peralatan kerjanya berhamburan di atas meja.
Alferd adalah Tionghoa yang telah 20 tahun menjadi pengrajin gigi palsu. Pasien yang telah ditanganinya juga sudah mencapai angka ratusan orang. Mau atau tidak, seiring dengan bertambahnya usia, gigi perlahan-lahan akan gugur satu per satu. Dengan gugurnya gigi itu, pasti akan berdampak terhadap bentuk wajah.
Menurut Alferd, pentingnya gigi sangat menunjang beberapa fungsi. Di antaranya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika wajah. Di tangan Alferd, gigi yang telah ompong dapat dikembalikan dengan menggunakan gigi palsu. Gigi tiruan yang bentuk dan penampilannya benar-benar menyerupai gigi sesungguhnya. Sehingga ketiga fungsi tadi akan kembali seperti sediakala.
Alferd mengatakan, ilmu membuat gigi palsu adalah turunan dari leluhurnya. Awalnya, dia mempelajari ilmu tersebut dari ayahnya. Sedang sang ayah belajar dari kakek Alferd.
"Kalau bapak saya bekerja seperti ini selama 40 tahun. Sampai beliau meninggal dia masih menekuni profesi ini," kata Alferd, 25 Februari lalu.
Saat diminta mendetail mengenai bahan pembuatan gigi palsu tersebut, Alferd enggan bercerita banyak. Menurut dia, beberapa bahan kimia dari gigi palsu itu berbahasa kedokteran.
"Kalau bahan dasarnya; kapur dan gift. Untuk bahan cair pakai bahasa kedokteran, nanti saya salah menyebutkannya," dalih dia.
Proses awal pembuatan gigi palsu butuh sample gigi asli. Itu dilakukan untuk membuat mal gigi palsu. Waktu pengerjaannya hanya satu hari. "Seperti orang yang membuat baju, ukuran bajunya, terus dicetak," kata Alferd. (*)

Tidak ada komentar: